Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

05 Juni 2009

Uni Emirat Arab Pintu Gerbang Ekspor ke Timur Tengah


Sebagai negara termakmur no 4 dunia dengan tingkat daya beli yang tinggi, peluang ekspor produk Indonesia di pasar UEA masih sangat terbuka. UEA juga dapat dijadikan pintu gerbang produk Indonesia untuk penetrasi ke pasar Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan dan Eropa Timur mengingat sebagian besar ( sekitar 70 % ) produk impor tersebut dire-ekspor ke negara-negara tersebut.
Dengan GDP sekitar US $ 191 milyar, UEA saat ini merupakan kekuatan ekonomi kedua terbesar setelah Arab saudi. Negara ini, dengan dipelopori Emirat Dubai, sedang mengembangkan diri untuk menjadi “economic hub” dikawasan Timur Tengah.
“Peluang untuk meng-ekspor produk Indonesia ke UEA terbuka luas, oleh karena itu perlu ditingkatkan untuk ekspor ke sana.” ungkap M. Wahid Supriyadi - Duta Besar Indonesia untuk UEA, disela-sela kunjungannya ke Jawa Timur.
Sebagai gambaran, nilai perdagangan RI – UEA saat ini baru mencapai sekitar US$ 1,5 milyar, jauh dibawah China (US$ 20 milyar), India (US$ 19 milyar), bahkan Pakistan (US$ 5 milyar), Thailand (US$ 4 milyar) DAN Malaysia (US$ 3 milyar).
Dibidang Investasi, UEA juga sangat menjanjikan. Sampai saat ini paling tidak nilai investasi dari UEA di Indonesia sudah mencapai lebih dari US$ 6 milyar baik dalam bentuk komitmen maupun dalam proses realisasi.
Dalam kunjungan tersebut, Duta Besar Indonesia untuk UEA diterima oleh Kepala Badan Perencanaan (Bapeprop), Ir. Hadi Prasetyo bersama Kepala Biro Perekonomian Prop. Jatim, Dr. Ir H. RB. Fattah Jasin, MS serta para pelaku usaha.
Sebagai negara yang berbasis pertanian, peluang untuk melakukan kerjasama di bidang agribisnis sangat tinggi. Sekitar 85% produk makanan UEA diimpor dari negara-negara lain, dan bahkan untuk keperluan ketahanan pangan saat ini, UEA telah berupaya untuk melakukan investasi di bidang pertanian di Sudan, Pakistan, dan Kazakhstan.

Peluang Ekspor
UEA merupakan pasar yang potensial untuk produk ekspor Indonesia baik komoditi pertanian maupun produk hasil industri termasuk sektor jasa. Secara umum, semua produk ekspor Indonesia memiliki peluang besar di pasar UEA selama memiliki daya saing. Harga produk Indonesia umumnya lebih mahal dibandingkan produk sejenis dari negara pesaing khususnya China, namun sejauh mutunya dijaga tetap memiliki peluang yang baik di UEA.
Isdarmawan Asrikan, ketua GPEI Jatim menyampaikan “Kunjungan Dubes Indonesia untuk UEA dirasa sangat tepat sekali, karena sejak krisis finansial yang melanda Amerika, Eropa dan Jepang pasar ekspor Indonesia khususnya Jawa Timur menjadi terganggu, sehingga UEA dapat dijadikan pasar alternatif selain China, India dan Timur Tengah.”
Beberapa produk utama dan potensial yang di impor dari Indonesia yang memiliki peluang besar untuk pasar UEA yakni karet, tekstil, furniture, kopi, kakao, komponen kendaran bermotor dan alas kaki.
Sedangkan produk potensial yang perlu mendapat perhatian yakni kulit dan produk kulit, perhiasan (terutama perhiasan dari emas), alat-alat tulis (ATK), rempah-rempah (lada, kayu manis, cengkeh, biji pala dan ketumbar), minyak essensial (astiri dan minyak lainnya).
Disamping produk-produk diatas, produk lainnya yang memiliki peluang besar di UEA baik untuk lokal maupun re-ekspor adalah kayu, kertas, alat-alat kesehatan, minyak kelapa sawit, produk kerajinan, bahan bangunan dan ikan. Building materials juga memiliki peluang besar mengingat di UEA saat ini sedang booming pembangunan proyek properti berupa gedung perkantoran, apartemen dan hotel.
Pada kesempatan tersebut, Hadi Prasetyo menambahkan, “bahwa dalam mendukung ekspor Jawa Timur, Pemprop Jatim akan menyiapkan Layanan Satu Atap serta mendirikan perusahaan Trading House sehingga lebih efisien dan mempermudah layanan produk-produk ekspor terutama produk-produk UKM.”
Selain terkait masalah terbukanya peluang perdagangan ke negara-negara di kawasan UEA, Supriyadi juga menyampaikan tentang penerapan kebijakan perdagangan bebas di kawasan UEA sehingga dalam melakukan perdagangan dengan UEA pada prinsipnya tidak ada hambatan yang berarti baik tarif maupun bukan tarif.
Untuk tarif bea masuk secara umum antara 0-5 %, sementara hambatan lainnya selama ini tidak ada yang dikeluhkan oleh pengusaha eksportir Indonesia. Namun demikian, para pengusaha Indonesia hendaknya memperhatikan tentang latar belakang budaya, waktu, cuaca dan iklim.(*)

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar