Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

12 Februari 2009

Menuju Negara Pengekspor Beras, Ekspor Beras Dimulai Maret April


Banyak kalangan menyambut baik rencana itu. Salah satunya datang dari Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Menurut seorang pengurusnya, harga beras bisa dipertahankan pada tingkat yang wajar jika sebagian dari surplus itu diekspor. “Ketimbang surplus itu terbuang sia-sia, lebih baik dijual saja. Kan bisa dapat uang,” katanya. Namun ia mengingatkan, pasokan beras di dalam negeri sebenarnya belum aman benar.
Menurutnya, pada 2025 penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 315 juta orang. Pada saat itu, kebutuhan pangan Indonesia akan meningkat sekitar 178 persen. Untuk itu, Indonesia harus terus berupaya menata masalah ketahanan pangannya.
Selain itu ada masalah lain yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, yaitu peningkatan produksi beras ini tidak dengan sedirinya berdampak pada perbaikan taraf hidup petani. Mereka tetap saja terpuruk sekalipun produksi padi berhasil digenjot.
Menteri Pertanian (Mentan) Anton Apriantono mengatakan Indonesia akan mengekspor beras sekitar satu juta ton, apabila target produksi beras nasional pada 2009 tercapai. “Target produksi beras nasional tahun 2009 sebesar 47 juta ton atau setara 63 juta ton gabah kering giling (GKG),” katanya.
Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor di antaranya Timor Timur, Malaysia, Filipina dan beberapa negara lain. “Beberapa negara itu sudah menyampaikan keinginannya untuk mengimpor beras dari Indonesia,” tuturnya.

Bulog
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Perum Bulog mempersiapkan perluasan peran agar dapat ikut menjaga stabilitas harga sejumlah bahan kebutuhan pokok selain beras, seperti minyak goreng.
Hal ini disampaikan Kepala Negara dalam keterangan pers seusai melakukan kunjungan ke kantor Perum Bulog, kemarin.
Pada kesempatan itu Presiden mempertanyakan harga minyak goreng yang masih tinggi kendati belakangan harga komoditas ini telah menurun.
“Ke depan saya persilakan Bulog memikirkan agar ikut serta melakukan stabilisasi harga di luar beras yang memang baik bagi perekonomian dan baik bagi upaya stabilisasi harga atau menjaga inflasi,” ujarnya.
Menanggapi rencana ekspor beras, Presiden meminta agar Perum Bulog mempersiapkan dengan matang. Ekspor beras, sebagai upaya menangkap peluang ekonomi, baru dapat dilaksanakan jika stok pangan di dalam negeri telah tercukupi.
Presiden juga menyinggung mengenai revitalisasi aset Bulog yang tersebar di seluruh Indonesia. Presiden menilai sudah saatnya BUMN ini menata kembali aset agar tidak menjadi beban tetapi mendatangkan sumber pendapatan.
Proses pelaksanaan penataan aset Bulog, lanjutnya, harus dilakukan dengan transparan, akuntabel, dan mendapat nilai tambah.
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar, yang ditemui seusai mendampingi Presiden, mengatakan pihaknya akan melakukan pembahasan terkait dengan upaya stabilisasi harga minyak goreng bersama dengan Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian. Ia belum dapat memastikan kapan peran itu mulai dijalankan oleh Bulog.

Ekspor beras
Terkait realisasi ekspor beras, Mustafa menuturkan saat ini persyaratan administrasi mengenai perizinan ekspor beras masih dalam pembahasan bersama antara Departemen Perdagangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Jenis beras yang akan diekspor adalah beras super dengan total ekspor sebesar 100.000 ton per tahun. Perum Bulog belum akan melakukan ekspor beras jenis medium.
Menurut dia, Indonesia siap mengekspor beras sebanyak 10.000 ton per bulan untuk kualitas super dan premium dan hingga saat ini sudah ada 11 perusahaan swasta yang siap dengan stok 224.000 ton.
Perusahaan yang telah siap ekspor, katanya, sudah cukup banyak sekitar 11 perusahaan dan secepatnya dilakukan jika telah mendapatkan izin. “Mungkin Maret atau April siap dilakukan.”
Adapun beras kualitas medium kemungkinan ekspor baru dapat dilakukan setelah angka ramalan (Aram) III/2009 BPS diumumkan dan produksi beras meningkat 5%.
Menurut dia, presiden berpesan tetap harus hati-hati dan memerhatikan ketahanan dan keamanan pangan nasional, tetapi juga harus jeli melihat peluang.
“Ekspor beras kualitas medium masih ditahan hingga aram III/2009, ketika musim memengaruhi ramalan BPS aram III positif, kalau ada kelebihan 3-4 juta ton, maka sekitar 1 juta ton mungkin bisa diekspor,” ujarnya.
Mustafa menuturkan saat ini usulan itu sudah berada di tingkat Menko Perekonomian, sehingga sekarang tinggal proses administrasi. Ekspor beras akan ditujukan ke Jepang, Singapura, Hong Kong, Malaysia, dan Timur Tengah.
Deputi Bidang Pertanian dan Kelautan Menko Perekonomian Bayu Krisnamuthi mengatakan berdasarkan data dari 66 kota di Indonesia tidak ada gejolak. ‘’Yang naik hanya beras, wajar karena harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras juga naik. Selain itu, musim paceklik. Namun, harga akan terkoreksi lagi karena akan panen.’’

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar