Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

23 Februari 2009

Asia Harus Stop “Kecanduan” Ekspor


Krisis telah memperlambat laju permintaan global. Negara-negara Asia yang selama ini 'kecanduan' ekspor untuk menopang pertumbuhan ekonominya harus segera mencari sumber-sumber lain termasuk peningkatan permintaan domestik.
Seperti diketahui, negara-negara Asia terutama yang besar sangat menggantungkan pada ekspor. Dan akibat krisis, ekspornya turun tajam.
Misalnya saja Korea Selatan (Korsel) yang ekspornya turun tajam hingga 32,8 persen secara year on year pada Januari 2009. Jepang juga mengalami penurunan ekspor hingga 35 persen selama Desember, sementara Taiwan lebih dramatis dengan penurunan ekspor hingga 41 persen.
Yang penurunannya tidak terlalu dramatis adalah China. Penopang ekonomi Asia ini 'hanya' mencatat penurunan ekspor sebesar 2,8 persen selama Desember, yang merupakan penurunan ekspor terbesar dalam satu dekade terakhir untuk China.
Demikian pula Indonesia yang mencatat penurunan ekspor hingga 9,57 persen menjadi 8,69 miliar dolar AS selama Desember 2008. Namun secara total, ekspor Indonesia tahun 2008 naik 19,86 persen menjadi 136,76 miliar dolar AS. Angka pertumbuhan itu juga lebih besar ketimbang pertumbuhan ekspor 2007 yang sebesar 13,09 persen menjadi 113,99 miliar dolar AS.
Kepala Asian Development Bank (ADB) Institute, Masahiro Kawai mengatakan, pelemahan ekspor itu harus membuat negara-negara Asia berpikir ulang tentang slogan lamanya "Asia membuat, Amerika membelinya". Asia harus mulai meningkatkan konsumsi domestik lebih banyak.
"Pola ini (konsumsi AS mendongkrak pertumbuhan Asia) secara cepat berubah dan saya percaya perubahan ini bukan lah sebuah fenomena sementara yang mudah. Ini akan menjadi (perubahan) yang lebih permanen, atau paling tidak semi permanen," ujar Kawai seperti dikutip dari AFP, pekan lalu.
"Asia mestinya tetap menjadi pabrik untuk dunia, namun Asia harus mulai mengkonsumsi lebih banyak. Asia juga harus mulai berbelanja lebih banyak," tambahnya.
Ekonom Bank Dunia, William Wallace pun memberikan contoh Indonesia yang sedikit tidak terlalu bergantung pada ekspor dibandingkan negara lain. Indonesia selama ini dinilai lebih fokus pada konsumsi domestik sehingga kini berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan negara lainnya.
Menurut Wallace, dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang tertinggal dibandingkan negara kompetitornya seperti Vietnam dan Thailand soal pertumbuhan ekspor. Namun nyatanya pada saat krisis terkini, Indonesia justru bisa mencapai pertumbuhan 6,2 persen di 2008 dan diperkirakan mencapai 4,5-5,5 persen di tahun 2009.
"Anda mungkin akan ragu-ragu untuk mengatakan bahwa pertumbuhan yang dipicu ekspor adalah kesalahan (untuk Asia) jika melihat ke belakang, namun untuk ke depan mungkin hal ini bisa berjalan," ujarnya.
Negara-negara Asia memang telah memberikan stimulus hingga miliaran dolar AS untuk menggerakkan perekonomian. Termasuk pemerintah Indonesia yang mengajukan stimulus hingga Rp 71 triliun. Namun menurut ekonom HSBC, Frederic Neuman, upaya reformasi yang lebih mendalam diperlukan oleh Asia.
"Jika pelemahan ekonomi dunia hanya bersifat jangka pendek, maka pemerintahan negara Asia bisa melakukan perubahan yang minimal saja. Tapi jika ternyata hingga 2010 perekonomian AS tidak segera bergerak, maka Asia harus menghadapi perubahan struktural," ujar Neuman.
Sementara Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn mengatakan, perekonomian Asia diperkirakan bisa segera pulih pada tahun 2009 jika partner dagangnya bisa keluar dari krisis. Menurutnya, Asia tidak dapat memulai pemulihan ekonomi jika negara lain di dunia masih melemah perekonomiannya karena ketergantungan Asia yang sangat tinggi terhadap ekspor.
"Tapi sekali AS dan negara Eropa mulai rebound, beberapa negara Asia mungkin akan segera pulih dengan cepat. Pemulihan yang cepat memungkinkan. Beberapa negara Asia merupakan kandidat yang sangat bagus untuk menjadi pemimpin ketika segala sesuatunya berjalan lagi," ujarnya.

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar