Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

11 April 2009

Ekspor Elektronika Stagnan, Terus Diberi Insentif Agar Punya Daya Saing


Total ekspor hasil industri elektronika berupa komponen, alat elektronika konsumsi dan bisnis pada 2009 ini diperkirakan stagnan. Capaiannya akan sama dengan catatan 2008 lalu yang sebesar 7,1 miliar dolar AS.
Dirjen Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian Budi Darmadi menyatakan, pertumbuhan ekspor alat elektronik masih akan disangga oleh produk yang kehadirannya dibutuhkan sehari-hari. Sedangkan produk elektronik berumur panjang seperti lemari es, AC dan lainnya diperkirakan turun seiring melesunya daya beli masyarakat secara global.
“Untuk produk seperti DVD player, TI (Teknologi Informasi) serta lampu akan terus dibutuhkan. Makanya tetap akan tumbuh,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Budi, pemerintah terus memberikan dukungan terhadap industri elektronika dengan beberapa insentif. Di antaranya dengan memberikan BMDTP (Bea masuk Ditanggung Pemerintah) untuk impor bahan baku atau komponen pada industri yang terintegrasi dan melakukan ekspansi usaha, termasuk di dalamnya industri elektronika.
Dari total anggaran BMDTP sebesar Rp2,5 triliun yang akan disalurkan ke beberapa sektor industri, sektor elektronika mendapat jatah alokasi sebesar Rp235 miliar. Sektor lain seperti otomotif mendapatkan anggaran sebesar Rp700 miliar, sektor perkapalan mencapai Rp150 miliar, sektor TI berupa kabel serat optik sebesar Rp50 miliar. Sisanya masih akan dihitung besarannya tergantung sektornya.
Ditemui di sela peresmian penggunaan line produksi baru PT Philips Indonesia di Sidoarjo, kemarin, Menteri Perindustrian Fahmi Idris menegaskan stimulus ekonomi, termasuk insentif sektor elektronika, akan terus diberikan.
“Negara ini sedang krisis. Maka sesuai rumusnya, negara manapun akan terus memberikan stimulus ekonomi. Yang sekarang sedang dalam proses (pencairan) nantinya akan kita evaluasi, kita nilai perlu diberi insentif lagi atau tidak begitu seterusnya sampai benar-benar membaik,” tegasnya.
Fahmi mencontohkan, industri lampu telah menjadi kebutuhan primer dan sangat pesat pertumbuhannya. Saat ini, kapasitas terpasang industri lampu pijar di Indonesia mencapai 700 juta buah tiap tahunnya, lampu neon mencapai 244,7 juta buah per tahun dan lampu hemat energi (LHE) mencapai 195 juta buah per tahun.
“Dari hasil produksi lampu pijar ‘made in Indonesia’, lebih dari 70 persen diekspor dengan nilai USD59 juta. Negara tujuannya adalah kawasan Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin dan Afrika,” ungkapnya.
Dan untuk terus meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, kata Fahmi, pemerintah telah mengeluarkan Inpres No. 2/2009 tentang penggunaan produk dalam negeri yang ditindaklanjuti Peraturan Menperin yang memuat daftar perusahaan dan barang yang diproduksi di dalam negeri. Di mana peraturan ini juga mewajibkan penggunaan produk dalam negeri yang diproduksi perusahaan dalam daftar tersebut.
“Kita juga berikan BMDTP untuk meningkatkan daya saing industri. Termasuk industri elektronika di mana industri lampu ada di dalamnya,” ujarnya.
Sementara itu, produsen lampu dunia Philips memperluas pabrik Lampu Hemat Energi (LHE) T5 master di kawasan Berbek Industri, Waru Sidoarjo. Untuk itu jajaran manajemen Philips dalam waktui dekat akan mendatangkan tiga unit mesin dengan kapasitas masing-masing 13 juta lampu per tahunnya dalam jangka tiga tahun ke depan dengan nilai investasi 20 juta dolar AS.
Menurut Factory Manager PT Philips Indonesia Rifky Al Amin, kini Indonesia merupakan basis produksi LHE. Untuk satu unit mesin produksi lampu TL 5 yang sudah dioperasikan, semuanya diekspor untuk tujuan Eropa. Selain Indonesia, pabrik Philips yang memproduksi TL 5 master yakni pabrik di Belanda dan Polandia.
“Untuk jenis lampu TL 5 master, pabrik Philips di Indonesia merupakan salah satu basis produksi di luar Eropa,” kata Rifky dalam peresmian perluasan pabrik di Waru Sidoarjo.
Rifky menambahkan meski untuk mesin pertama seluruh produksinya ekspor, tidak menutup kemungkinan menjajaki pasar domestik. Khusunya untuk mesin ke dua dan ke tiga yang rencananya akan didatangkan tahun 2010 dan 2011.
Kelebihan lampu TL 5 master tambah Rifky, masa pakai lebih lama hingga 19.000 jam atau 46 persen lebih lama. Juga dirancang untuk pencahayaan berkualitas, lebih bergaya dan mengurangi konsumsi listrik hingga 40 persen dibandingkan dengan lampu hemat energi yang banyak beredar di pasaran saat ini. Lampu fluorescent TL 5 master dapat diaplikasikan didalam ruangan minus 15 C dan dapat menghasilkan kualitas penyebaran yang maksimal. “Lampu TL 5 master juga sangat ramah lingkungan. Emisi CO2-nya paling rendah dibanding lampu sejenis. Karenanya logo TL 5 master dilengkapi dengan slogan “green flagship”,” jelasnya.

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar