Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

11 April 2009

Indonesia Harus Dorong Ekspor ke Arab Saudi

Indonesia perlu berusaha keras meningkatkan ekspornya ke Arab Saudi. Hingga 2007, share ekspor nasional ke negara Timur Tangah itu baru 1,03%, atau menduduki urutan ke-22 senilai USD 944,2 juta.
Impor Arab Saudi pada tahun yang sama masih didominasi oleh Amerika dengan share 13,5 persen senilai USD 12,2 miliar, China 9,6 persen senilai USD 8,7 miliar, Jerman 8,9 persen senilai USD 8 miliar. Sisanya, disumbang oleh Jepang, Korea Selatan, India, Italia, dan Ukraina.
Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Arab Saudi Sintoyo menuturkan, meski nilai ekspor Indonesia ke Arab Saudi pada 2007 meningkat 40,5 persen dari 2006 , tetapi share-nya relatif kecil dibanding negara lainnya.
“Padahal, potensi Arab Saudi sebagai negara tujuan ekspor cukup besar, mengingat kecilnya pengaruh krisis finansial terhadap pertumbuhan ekonomi Timur Tengah,” katanya usai acara bisnis gathering Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI) bersama kedutaan RI Arab Saudi baru-baru ini di Surabaya.
Menurut data Atase Perdagangan KBRI Arab Saudi, pertumbuhan ekonomi negara produsen minyak terbesar di dunia itu, sejauh ini masih cukup stabil, dengan tingkat gross domestic product (GDP) 2008 mencapai USD 464,5 miliar. Sementara GDP per kapita mencapai USD 15.352. “Dari pantauan kami, pertumbuhan ekonomi di Arab Saudi ternyata tidak terpengaruh krisis. Itu karena pendapatan di sektor migas cukup besar,” terangnya.
Negara di Semenanjung Arab itu menguasai 25 persen dari total cadangan minyak dunia. Cadangan gasnya mencapai 40 persen dari total dunia, dan masih ditambah berbagai sumber alam lainnya. “Melihat kondisi Arab Saudi yang seperti itu, seharusnya Indonesia, khususnya Jatim, berupaya untuk meningkatkan nilai ekspornya ke Arab Saudi, karena potensi pengembangannya cukup besar,” jelasnya.
Saat ini, RI memiliki delapan komoditas andalan ekspor ke Arab Saudi, yaitu peralatan listrik, transportasi, logam dasar, makanan, obat, tekstil dan produk tekstil (TPT), kertas dan produk kertas lainnya.
Sementara itu, neraca perdagangan Jatim ke Arab Saudi selama tahun 2003-2007 menunjukkan surplus bagi Jatim dalam setiap tahunnya. Surplus 2007 mencapai USD 98,95 juta, sedangkan periode Januari–April 2008 surplus mencapai USD 26,52 juta.
Produk-produk komoditi Jatim yang di ekspor ke Arab Saudi meliputi sepuluh kelompok komoditi utama, antara lain Pulp dan kertas, kimia dasar, besi baja, makanan dan minuman, alat-alat listrik, pengolahan kayu, tekstil, keramik, kaca, marmer, rokok dan komoditi lainnya. Harapannya Diharapkan kepada para pengusaha Jatim khususnya sektor swasta menjalin kerjasama dengan pengusaha swasta Arab Saudi agar lebih ditingkatkan melalui Joint Venture, misalnya pendirian pabrik tekstil dan pakaian di Arab Saudi untuk konsumsi lokal maupun di ekspor ke luar negara-negara teluk. (*)

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar