Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

11 April 2009

Manggis " Garcinia Mangostana ", Primadona Ekspor Indonesia


Manggis yang dalam bahasa Latinnya dikenal dengan nama Garcinia mangostana merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, mulai dari Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan tentu saja Indonesia. Kemudian dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Sri Lanka, Malagasi, Karibia, Hawai
dan Australia Utara.
Di antara semua negara yang tanahnya ditumbuhi pohon manggis, Indonesia termasuk sebagai salah satu produsen terbesar di dunia setelah Thailand. Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian RI mencatat, produksi manggis selama tahun 2005 mencapai 62.711 ton dari areal seluas 10.000 hektare. Sementara di tahun yang sama, produksi manggis Thailand sudah mencapai 162.788 ton dari luas areal yang sama.
Saat ini, ekspor manggis Indonesia mencapai 34,4 persen dari keseluruhan total produksinya. Adapun beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor buah manggis di antaranya Hong Kong, Cina, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, Belanda, Perancis, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Masing-masing negara tersebut menuntut tampilan manggis ekspor yang berbeda-beda. Jepang menginginkan buah manggis yang diekspor ke negara mereka telah dikupas sete-ngahnya, agar tampilan dalamnya bisa terlihat.
Namun, yang lebih banyak ialah keinginan negara yang dikirimi buah manggis dalam bentuk utuh, lengkap dengan cangkangnya. Misalnya saja RRC, Taiwan, Singapura, dan Amerika Serikat yang permintaan terhadap buah manggisnya sangat tinggi untuk dikonsumsi sebagai buah segar sekaligus mengolahnya untuk kepentingan industri.
Buah manggis merupakan salah satu komoditas buah andalan Indonesia. Sejak tahun 1970-an hingga sekarang permintaan ekspor meningkat terus sehingga dapat dikatakan buah manggis sebagai primadona ekspor yang menjadi andalan Indonesia. Sumbangan ekspor buah manggis sangat besar dalam rangka meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani.
Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor dan pesaingnya relatif sedikit seperti Malaysia dan Thailand dan negara Amerika Latin. Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar ke mancanegara kemudian diikuti oleh nanas dan jeruk.
Buah manggis yang diperdagangkan di pasar ekspor sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara baik dan sistem produksinya bergantung pada alam (tradisional). Meskipun penanganan budi daya dan pascapanen seadanya, ternyata mampu menembus pasar ekspor dalam jumlah yang cukup besar, bahkan bisa bersaing dengan manggis negara lain. Kualitas buah manggis yang berasal dari Indonesia pun sangat disukai konsumen dari Cina.
Permintaan pasar ekspor buah manggis dari luar negeri dari tahun ke tahun meningkat terus, kecuali pada tahun 1998 mengalami penurunan karena krisis moneter. Berdasarkan data statistik (dikutip www. deptan. go.id), volume ekspor buah manggis tahun 2002, 6.512,528 ton dengan nilai 6.956.915 dolar AS, mengalami peningkatan menjadi 9.304,511 ton dengan nilai 9.306.042 dolar AS tahun 2003 atau meningkat 42,8%.

Tanaman Manggis di Indonesia
Di Indonesia tanaman manggis tersebar hampir di semua kepulauan. Luas panen dari tahun ke tahun meningkat terus, terbukti tahun 2003 luas panen 8.051 ha mengalami peningkatan jadi 9.354 ha tahun 2003 atau 16%. Begitu juga, produksi manggis terus mengalami peningkatan dari 62.055 ton pada 2002 jadi 79.073 ton pada tahun 2003 atau meningkat 27%.
Produktivitas pohon manggis di Indonesia rata-rata 30-70 kg per pohon masih tergolong rendah dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan India mencapai 200-300 kg per pohon. Selain itu kualitas buah manggis untuk ekspor sangat rendah hanya 10% layak ekspor dari total, hal ini disebabkan oleh getah kuning mencapai 20% dan burik buah 25%.
Pada umumnya budi daya tanaman manggis masih sangat tradisional, jarang dipupuk bahkan tidak pernah, tidak melakukan pembersihan dari rumput-rumputan dan pemangkasan. Jadi saat ini petani memanen buahnya tidak melakukan teknologi budi daya optimal hanya menunggu pohon manggis berbuah secara alamiah.
Manggis yang diekspor umumnya berasal dari daerah penghasil utama di sentra produksi manggis, seperti Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Purwerejo, Belitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi.
Pengusaha agrobisnis kurang tertarik untuk berinvestasi dalam pengembangan tanaman manggis di Indonesia karena fase juvenil sangat panjang, tanaman manggis berbuah pertama 10-15 tahun dan lambatnya laju pertumbuhan bibit. Oleh karena itu, peran pemerintah dalam pengembangan tanaman manggis sangat penting untuk peningkatan luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas manggis serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Untuk memujudkan program tersebut di atas dapat dikembangkan metode 3-K (klonalisasi, kolonisasi, dan konsolidasi). Pertama klonalisasi, yaitu penggunaan bibit unggul dan bermutu. Peran bibit unggul sangat penting dalam upaya meningkatkan produksi dan kualitas buah manggis. Mengingat pohon manggis bersifat apomik obligat, maka dapat dikatakan bahwa tanaman induk akan sama dengan keturunannya.
Oleh karena itu, bibit yang digunakan harus berasal dari varietas yang sama dan satu pohon induk yang bagus. Hal ini penting untuk menjamin tanaman manggis yang mempunyai produksi dan kualitas yang baik. Kedua kolonisasi, yaitu petani-petani manggis harus membentuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
Ketiga konsolidasi, pengelolaan kebun manggis harus dalam satu manajemen usaha tani yang memenuhi SOP (standard operational procedure) dalam mengelola pertanaman manggis pada areal yang sama. Hal ini sangat penting untuk mengatasi tukar informasi antarkelompok dalam memajukan usaha tani manggis.
Satu tambahan program pemerintah, yaitu pengelolaan kebun manggis yang terstruktur. Akhir-akhir ini, pemerintah sedang menggiatkan program konversi hutan manggis menjadi kebun manggis yang terstruktur dengan membuat teras pada areal perbukitan, pembersihan rumput, dan semak belukar di sekitar tanaman manggis, pemupukan, dan pemangkasan ranting yang tidak produktif. (*)

Redaksi

1 komentar:

  1. saya seorang petani manggis,ingin mencoba pasar ekspor,kalo bisa tolong dibantu.
    terimaksih..

    BalasHapus