Harga kontrak berjangka beberapa komoditas mengalami penurunan, diantaranya kakao anjlok ke level terendah dalam sepekan di bursa New York, menyusul pulihnya dominasi dolar AS terhadap pound sterling dan koreksi terhadap pasar saham.
Lemahnya nilai tukar pound sterling, yang digunakan dalam transaksi kakao di London, hingga 1,3 persen terhadap dolar AS telah mengurangi minat memasok kakao dari AS. Kakao turun 3,5 persen sejak awal tahun ini sedangkan pound sterling sendiri sudah anjlok 2 persen.
Harga berjangka kakao untuk pengiriman Mei melorot 19 dolar AS atau 0,7 persen menjadi 2.573 dolar AS per metrik ton di bursa ICE Futures di New York.
Harga kakao itu sebelumnya sempat terjungkal ke 2.515 dolar AS, yang merupakan level harga terendah untuk kontrak yang paling aktif sejak 19 Maret.
Kontrak berjangka untuk komoditas kopi juga mengalami penurunan. Hal itu disebabkan pulihnya dominasi dolar AS terhadap mata uang utama dunia serta jatuhnya pasar saham global ikut mereduksi minat pembelian komoditas kopi arabika.
Harga kopi pun jatuh meski produsen memperketat pasokannya di pasaran. Harga kontrak berjangka untuk komoditas itu di bursa New York melorot 1,5 sen atau 1,3 persen menjadi 1,1585 dolar AS per pound di ICE Futures New York.
Harga kopi jenis tersebut sempat jatuh ke level 1,1455 dolar AS per pound yang merupakan harga perdagangan terendah sejak 19 Maret saat dolar AS mencatat pelemahan yang besar terhadap mata uang utama dunia. Indeks Reuters/Jefferies CRB yang memuat 19 bahan baku mencatat penurunan 2,4 persen pada perdagangan Jum’at pekan lalu.
Harga minyak kelapa sawit (CPO) di bursa Malaysia juga mengalami anjlok ke level terendah selama lebih dari sepekan seiring dengan besarnya proyeksi hasil panen dari Indonesia sebagai produsen terbesar.
Hasil panen dari Indonesia diperkirakan lebih banyak pada semester II/2009 dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.
Analis OSK Research Sdn Alvin Tai mengatakan produksi di negara produsen terbesar CPO dunia tersebut diperkirakan meningkat daripada pencapaian pada paruh pertama 2009.
Dengan berlebihnya pasokan maka kondisi itu kemudian membawa harga komoditas ini anjlok. “Produksi akan naik dan berlebih pada paruh kedua tahun ini,”.
Harga CPO untuk pengiriman Juni turun 1,4 persen, terendah sejak 16 Maret, menjadi RM2.002 atau setara dengan 52 dolar AS per ton saat diperdagangkan di bursa Malaysia Derivative Exchange. (*)
Redaksi
Lemahnya nilai tukar pound sterling, yang digunakan dalam transaksi kakao di London, hingga 1,3 persen terhadap dolar AS telah mengurangi minat memasok kakao dari AS. Kakao turun 3,5 persen sejak awal tahun ini sedangkan pound sterling sendiri sudah anjlok 2 persen.
Harga berjangka kakao untuk pengiriman Mei melorot 19 dolar AS atau 0,7 persen menjadi 2.573 dolar AS per metrik ton di bursa ICE Futures di New York.
Harga kakao itu sebelumnya sempat terjungkal ke 2.515 dolar AS, yang merupakan level harga terendah untuk kontrak yang paling aktif sejak 19 Maret.
Kontrak berjangka untuk komoditas kopi juga mengalami penurunan. Hal itu disebabkan pulihnya dominasi dolar AS terhadap mata uang utama dunia serta jatuhnya pasar saham global ikut mereduksi minat pembelian komoditas kopi arabika.
Harga kopi pun jatuh meski produsen memperketat pasokannya di pasaran. Harga kontrak berjangka untuk komoditas itu di bursa New York melorot 1,5 sen atau 1,3 persen menjadi 1,1585 dolar AS per pound di ICE Futures New York.
Harga kopi jenis tersebut sempat jatuh ke level 1,1455 dolar AS per pound yang merupakan harga perdagangan terendah sejak 19 Maret saat dolar AS mencatat pelemahan yang besar terhadap mata uang utama dunia. Indeks Reuters/Jefferies CRB yang memuat 19 bahan baku mencatat penurunan 2,4 persen pada perdagangan Jum’at pekan lalu.
Harga minyak kelapa sawit (CPO) di bursa Malaysia juga mengalami anjlok ke level terendah selama lebih dari sepekan seiring dengan besarnya proyeksi hasil panen dari Indonesia sebagai produsen terbesar.
Hasil panen dari Indonesia diperkirakan lebih banyak pada semester II/2009 dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.
Analis OSK Research Sdn Alvin Tai mengatakan produksi di negara produsen terbesar CPO dunia tersebut diperkirakan meningkat daripada pencapaian pada paruh pertama 2009.
Dengan berlebihnya pasokan maka kondisi itu kemudian membawa harga komoditas ini anjlok. “Produksi akan naik dan berlebih pada paruh kedua tahun ini,”.
Harga CPO untuk pengiriman Juni turun 1,4 persen, terendah sejak 16 Maret, menjadi RM2.002 atau setara dengan 52 dolar AS per ton saat diperdagangkan di bursa Malaysia Derivative Exchange. (*)
Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar