Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

23 Desember 2009

Perhutani Unit II, Ekspor Perdana GONDORUKEM Ke Korea Selatan

Perhutani Unit II Jawa Timur melaunching ekspor perdana Gondorukem (gum rosin) asal Bahan Baku Industri (BBI) dari luar Kawasan Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) industri non kayu Surabaya, sebanyak 15 kontainer dengan negara tujuan Korea Selatan.
Pabrik gondorukem/gum rosin dan terpentin (PGT) milik Perum Perhutani merupakan satu-satunya di Indonesia yang memproduksi gondorukem dan terpentin.
Di Jawa Timur sendiri terdapat 3 lokasi PGT yaitu PGT Sukun, Ponorogo pemasok BBI getah KPH Lawu Ds, KPH Jombang. PGT, Jember pemasok BBI getah KPH Probolingo, KPH Jember, KPH Bondowoso, KPH Bwi. Barat, Selatan dan Utara. PGT Rejowinangun, Trenggalek pemasok BBI getah KPH Kediri, KPH Blitar, KPH Malang, KPH Pasuruan. Dari ke tiga PGT tersebut semuanya telah menerapkan system manajemen mutu ISO 9001:2000, sebagai bukti komitmen untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta selalu melakukan upaya perbaikan yang berkelanjutan.
Kepala Perhutani Unit II Jawa Timur Ir. Miftahudin Afandi, mengemukakan, dipilihnya produk non kayu ini karena semenjak tahun 1998 hingga 2000 kami prihatin terhadap terjadinya penjarahan hutan.
“Untuk itu lalu kami berinovasi melakukan ekspor non kayu supaya hutan tetap dapat lestari dan memberikan manfaat terciptanya lapangan pekerjaan bagi kesejahteraan masyarkat sekitar, “ jelasnya.
Sementara itu, Ir. Handoko Mulya, menambahkan, pihaknya merasa optimis karena dapat mencukupi kebutuhan pasar dan dapat memberikan nilai tambah, sedangkan dipilihnya gondorukem dan terpentin dari Gowa Sulawesi Selatan karena mutunya adalah X yang mempunyai kualitas lebih baik.
Kegunaan dari gondorukem adalah sebagai pelapis kertas, batik, tinta cetak dan plastik. Sedangkan terpentin dapat digunakan sebagai cat, minyak pelumas, parfum, kosmetik dan desinfektan.
Gondorukem merupakan bahan baku campuran cat, lem, kosmetika, dan tas, menembus pasar ekspor. Pihak Kesatuan Bisnis Mandiri Perum Perhutani mencoba melebarkan areal tanaman pinus untuk menunjang kebutuhan pasar dunia komuditas ini.
Gondorukem dibuat dari getah pinus yang dipadatkan dengan proses distilasi. Di Indonesia, terdapat 12 pabrik pengolahan gondorukem.
Gondorukem (resina colophonium) adalah olahan dari getah hasil sadapan pada batang tusam (Pinus). Gondorukem merupakan hasil pembersihan terhadap residu proses destilasi (penyulingan) uap terhadap getah tusam. Hasil destilasinya sendiri menjadi terpentin. Di Indonesia gondorukem dan terpentin diambil dari batang tusam Sumatera (Pinus merkusii). Di luar negeri sumbernya adalah P. palustris, P. pinaster, P. ponderosa, dan P. roxburghii.
Gondorukem diperdagangkan dalam bentuk keping-keping padat berwarna kuning keemasan.
Kandungannya sebagian besar adalah asam-asam diterpena, terutama asam abietat, asam isopimarat, asam laevoabietat, dan asam pimarat.
Penggunaannya antara lain sebagai bahan pelunak plester serta campuran perban gigi, sebagai campuran perona mata (eyeshadow) dan penguat bulu mata, sebagai bahan perekat warna pada industri percetakan (tinta) dan cat (lak)
Di Indonesia, komoditi ekspor ini dihasilkan secara monopoli oleh Perum Perhutani, terutama dari penanaman tusam di hutan pegunungan Jawa yang menjadi lahan konsesi BUMN itu.

Pabrik Pengolahan
Perum Perhutani akan membangun pabrik pengolahan gondorukem di Kediri, Jatim untuk mengejar target penjualan Rp2,7 triliun pada 2011.
“Pembangunan pabrik akan selesai pertengahan 2010. Perlu waktu 6 bulan untuk membangun pabrik itu,” ujar Dirut Perum Perhutani, Upik Rosalina Wasrin di Departemen Kehutanan, belum lama ini.
Produk derivatif itu dibangun untuk memperoleh nilai tambah gondorukem, yang setiap tahun diproduksi sebanyak 55.000 ton. “Hasil penjualan dari 55.000 ton gondorukem itu mencapai Rp800 miliar. Dengan diolah akan diperoleh hasil penjualan tiga kali lipat dari Rp800 miliar, kira-kira Rp2,7 triliun,” katanya.
Beberapa produk derivatif yang akan dikembangkan di antaranya untuk bahan baku cat, bahan baku tinta, bahan baku tinta, dan bahan baku makanan. Nantinya, pabrik tersebut akan menjadi pabrik pengolahan pertama di Indonesia yang mampu mengolah gondorukem dan terpentin hingga menjadi bahan baku makanan dan minuman.
Menurutnya, selama ini pemerintah belum mengolah produk gondorukem secara maksimal. “Sebagian besar penjualan gondorukem diekspor ke Amerika Serikat dan sejumlah negara lainnya.”
Untuk itu, katanya, Perum Perhutani akan membangun pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin senilai Rp26 miliar untuk meningkatkan pendapatan perseroan milik pemerintah tersebut.
“Dibangunnya pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin, diharapkan nilai penjualannya bisa melonjak karena harganya tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan produk mentah,” katanya.
Seluruh produk derivatif tersebut nantinya akan dipasarkan ke Amerika Serikat sesuai dengan perjanjian kerja sama yang sudah disepakati sebelumnya dengan perusahaan asal negara tersebut.
Upik menjelaskan sebelum akhir 2009, Perum Perhutani akan memenuhi permintaan pembeli dari Amerika Serikat senilai 340 miliar dollar AS. “Pengapalannya akan dilakukan sebelum berakhir 2009,” katanya.
Saat ini, produksi gondorukem dan terpentin Perhutani sekitar 55.000 ton per tahun dari areal seluas 250.000 hektare hutan pinus.

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar