Mengenai Saya

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Jawa Timur didirikan pada tanggal 21 Pebruari 1961 dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 167/SK/XI/66. Tujuan Kami, Mengembangkan Perdagangan Internasional (Ekspor) , Menggiatkan Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ) dan Industri, Optimalisasi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia , Meningkatkan Pendapatan Devisa Ekspor Non Migas. Visi dan Misi Kami, Meningkatkan Sumber Daya Manusia , Memperluas Jaringan Pemasaran , Meningkatkan Daya Saing di Pasar Global , Meningkatkan Nilai Tambah Produk Ekspor

23 Desember 2009

Sampai Akhir 2009, BI Rate Tetap 6,5 Persen

Bank Indonesia (BI) memperkirakan level suku bunga acuan (BI Rate) belum akan berubah dari posisi saat ini sebesar 6,5 persen hingga akhir tahun 2009. Perubahan level Bi Rate masih menunggu sinyal-sinyal pemulihan global di akhir semester I-2010.
Pjs Gubernur BI, Darmin Nasution mengatakan, bahwa bank sentral tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi dalam dua bulan belakangan ini walapun masih ada ruang.
Sebetulnya kita hanya tidak ingin buru-buru menurunkan BI Rate lebih jauh lagi, karena nantinya kita juga tidak ingin BI Rate yang diturunkan kemudian harus naik lagi,” ujarnya.
Ia mengatakan, hal ini nantinya diharapkan akan membuat lebih stabil lagi sisi moneter. “Walaupun nanti kursnya (nilai tukar rupiah) mungkin saja terpengaruh aliran dana tapi dari sisi bunga kita tidak ingin lebih terbuka,” tuturnya.
Ditempat yang sama Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono mengatakan tingkat BI Rate yang terus stagnan merupakan kebijakan moneter yang disebut sebagai forward policy.
“Itu karena kita melihat tingkat inflasi di posisi 5 persen sampai 6 persen kedepan,” ungkapnya.
Meskipun, lanjut Hartadi, saat ini inflasi masih dibawah 3 persen namun kita melihat kedepan. “Dengan acuan BI Rate 6,5 persen dan inflasi di 2010 5 persen sampai 6 persen kita masih bisa stay,” jelasnya.
Tapi, menurut Hartadi jika nanti bulan Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi shock yang akan mengadjusted kebijakan moneternya tapi kebalikannya atau lebih baik dari yang kita perkirakan maka di 2010 BI Rate akan diturunkan.
“Perkiraan kita di triwulan I-2010 tidak akan ada kenaikan (inflasi) tetapi baru ada kenaikan di triwulan II-2010 yang sejalan dengan penguatan global. Itukan membawa tekanan demand yang tinggi dari sisi suplai dan tekanan nantinya kepada harga,” papr Hartadi.
Akhir triwulan II-2010, lanjut Hartadi, pertumbuhan ekonomi global akan pulih khususnya Amerika Serikat.
“Pertumbuhan ekonomi AS itu cenderung tidak secepat yang diperkirakan, maka inflasi pun tidak sebesar yang kita perkirakan sehingga mungkin bisa turun lagi (BI Rate). Tapi jika pemulihan cepat maka nanti akan berbeda, tidak bisa dijawab saat ini,” kata Hartadi.
Diyakini BI Rate akan mempertahankan di level 6,5 persen. Hal itu didasarkan pada capaian inflasi Oktober yang ternyata masih rendah hanya 0,19 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Oktober 2009 sebesar 0,19 persen. Inflasi tahun kalender dari Januari hingga Oktober 2009 sebesar 2,48 persen, dan inflasi year on year sebesar 2,57 persen. Angka tersebut masih jauh dari target inflasi 2009 yang sebesar 4 persen.
Angka inflasi Oktober tersebut cukup mengejutkan karena konsensus memperkirakan inflasi year on year sebesar 2,83 persen. Rendahnya inflasi itu terutama disebabkan karena turunnya inflasi bahan makanan secara month to month .
“Penurunan inflasi harga makanan untuk Oktober sejalan dengan ekspektasi pada akhir Idul Fitri. Namun kami terkejut bahwa penurunan ongkos transportasi antara kota, BBM dan tarif angkutan KA dan udara memicu deflasi pada komponen transportasi,”.
Hal senada disampaikan Helmi Arman yang menyatakan angka itu lebih rendah dari ekspektasi dan konsensus, terutama berkat turunnya tarif transportasi dan bahan makanan.
“Tapi ini berarti tidak ada lagi deflasi pasca Ramadan akan terjadi lagi pada November. Inflasi bulanan pada bulan depan kemungkinan akan meningkat secara normal,” jelasnya.
Dengan melihat rendahnya inflasi itu, BI diperkirakan mempertahankan lagi BI Rate di kisaran 6,5 persen.
“Kami berpikir BI akan mempertahankan batas kebijakan moneter ‘netral’ dan menghindari setiap sinyal dari strategi keluar dalam beberapa pertemuan ke depan. Kami tidak mengharapkan ada tanda kebijakan yang agresif hingga awal tahun depan,” ujarnya.

Sulit Berlanjut
Bank Indonesia (BI) memperkirakan penurunan tingkat BI Rate dari level 6,5 persen saat ini akan sulit berlanjut karena proyeksi inflasi 2010 yang akan naik dan juga kenaikan harga minyak dunia yang terus terjadi.
Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono, melihat inflasi bukan dari bulan ke bulan, inflasi meskipun turun kami melihat ada tekanan inflasi di 2010, yaitu kalau sekarang 6,5 persen itu bisa dikatakan room (ruang penurunan BI Rate) semakin terbatas. Belum lagi harga minyak naik.
Meskipun begitu, Hartadi mengatakan tingkat inflasi pada bulan Oktober ini akan rendah, jika pada September month on month (mom) mencapai 1 persen, maka pada Oktober ini akan turun menjadi 0,25 persen. “Untuk yoy di bawah 3 persen, itu bagus berarti efek dari lebaran sudah hilang. Bisa naik sedikit pada Desember tapi harapan kami tidak setinggi waktu lebaran. Biasanya kenaikan itu tahun baru dan natal,” tuturnya.
Sementara itu mengenai penguatan rupiah yang terjadi, Hartadi mengatakan penguatan rupiah yang terjadi pada saat ini masih wajar karena sesuai dengan fundamental perekonomian Indonesia.
“Kami melihat kecepatannya kalau level itu ditentukan fundamentalnya, kalau memang fundamental memungkinkan dia menguat, dia akan menguat terus, tapi yang penting jangan menguat terlalu cepat. Penguatan yang sekarang makin oke,” tutupnya.

Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar