Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) saat ini menjajaki berbagai langkah strategis sebagai antisipasi imbas krisis ekonomi global yang bisa menurunkan nilai pasar ekspor dunia.
"Langkah pertama yang diambil GPEI, yakni bagaimana bisa bertahan hidup dengan mencoba mencari pasar ekspor yang lain. Kedua, beberapa ekspor manufaktur di pos dalam negeri kita harus menjadi pasar tujuan," kata Wakil Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Toto Dirgantoro.
Menurutnya, GPEI sepaham dengan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) mengenai penurunan Eskpor Indonesia 2009 yang diprediksi akan turun secara drastis akibat krisis finansial global.
"Pernyataan Bu Mendag itu benar sekali, tadinya saya agak pesimis atas ekspor Indonesia akan tetap tumbuh 2009, sedangkan kalau kita lihat kondisi dan situasi yang ada, pastinya tingkat kebutuhan kedepan, krisis pasti berjalan, sehingga ekpsor kita pasti akan drastis menurun, tetapi sekarang dengan pernyataan Mendag, 2009 ekspor drastis turun itu saya sangat sepaham," tuturnya.
Dijelaskannya, solusi bagi para eksportir adalah mencoba mencari pasar baru yang belum terkonsentrasi dan melakukan efisiensi serta stimulus dari pemerintah kepada dunia usaha termasuk sektor riil.
Pasar baru yang dimaksud Toto, pasar Afrika dan Timur Tengah tetapi target utamanya adalah pasar dalam negeri sendiri, yang sebenarnya ada beberapa produk unggulan Indonesia, seperti agro maupun manufaktur (karet, CPO dan lain sebagainya, alas kaki, TPT, dan elektronik).
"Sebenarnya pasar dalam negeri ini juga kita jenuh karena banyak produk-produk yang masuk dari luar, sementara daya beli masyarakat melemah," katanya.
"Oleh karena itu produksinya mengalami kenaikan. Kita sendiri cari selamat, industrinya bisa survive kalau sifatnya masih mampuh dan kalau sudah kolaps artinya kita akan melakukan PHK seperti yang terjadi sekarang. Apalagi pada tahun depan akan terjadi dua event nasional yakni pemilu dan pilpres artinya sangat berpengaruh sekali untuk penyerapan pasar domestik."
Menurutnya, eksportir jangan terlalu berharap kepada pemerintah karena solusi yang ada belum tentu bisa berjalan. Akhirnya pengusaha hanya bisa bertahan saja.
"Begitulah yang perlu adanya proteksi impor barang lainnya yang akan menggangu industri dalam negeri sekalipun kita juga berharap pada pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur dan sarana prasarana lainnya, termasuk juga penurunan suku bunga kredit sehingga bisa menjadikan stimulus untuk membantu industri kita. Kita lihat saja seberapa serius pemerintah," ujarnya.
Namun, dirinya pesimis karena tidak mungkin akan fight (melawan) kondisi global, dimana pasar dunia melemah akibat krisis keuangan yang melanda seluruh dunia.
"India saja membatalkan kontrak ekpsor CPO kita kan besar-besaran, program pembelian juga banyak yang dibatalkan, jadi memang pangsa pasar ini melemah karena krisis dunia," ujarnya mencontohkan.
Redaksi
"Langkah pertama yang diambil GPEI, yakni bagaimana bisa bertahan hidup dengan mencoba mencari pasar ekspor yang lain. Kedua, beberapa ekspor manufaktur di pos dalam negeri kita harus menjadi pasar tujuan," kata Wakil Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI), Toto Dirgantoro.
Menurutnya, GPEI sepaham dengan pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) mengenai penurunan Eskpor Indonesia 2009 yang diprediksi akan turun secara drastis akibat krisis finansial global.
"Pernyataan Bu Mendag itu benar sekali, tadinya saya agak pesimis atas ekspor Indonesia akan tetap tumbuh 2009, sedangkan kalau kita lihat kondisi dan situasi yang ada, pastinya tingkat kebutuhan kedepan, krisis pasti berjalan, sehingga ekpsor kita pasti akan drastis menurun, tetapi sekarang dengan pernyataan Mendag, 2009 ekspor drastis turun itu saya sangat sepaham," tuturnya.
Dijelaskannya, solusi bagi para eksportir adalah mencoba mencari pasar baru yang belum terkonsentrasi dan melakukan efisiensi serta stimulus dari pemerintah kepada dunia usaha termasuk sektor riil.
Pasar baru yang dimaksud Toto, pasar Afrika dan Timur Tengah tetapi target utamanya adalah pasar dalam negeri sendiri, yang sebenarnya ada beberapa produk unggulan Indonesia, seperti agro maupun manufaktur (karet, CPO dan lain sebagainya, alas kaki, TPT, dan elektronik).
"Sebenarnya pasar dalam negeri ini juga kita jenuh karena banyak produk-produk yang masuk dari luar, sementara daya beli masyarakat melemah," katanya.
"Oleh karena itu produksinya mengalami kenaikan. Kita sendiri cari selamat, industrinya bisa survive kalau sifatnya masih mampuh dan kalau sudah kolaps artinya kita akan melakukan PHK seperti yang terjadi sekarang. Apalagi pada tahun depan akan terjadi dua event nasional yakni pemilu dan pilpres artinya sangat berpengaruh sekali untuk penyerapan pasar domestik."
Menurutnya, eksportir jangan terlalu berharap kepada pemerintah karena solusi yang ada belum tentu bisa berjalan. Akhirnya pengusaha hanya bisa bertahan saja.
"Begitulah yang perlu adanya proteksi impor barang lainnya yang akan menggangu industri dalam negeri sekalipun kita juga berharap pada pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur dan sarana prasarana lainnya, termasuk juga penurunan suku bunga kredit sehingga bisa menjadikan stimulus untuk membantu industri kita. Kita lihat saja seberapa serius pemerintah," ujarnya.
Namun, dirinya pesimis karena tidak mungkin akan fight (melawan) kondisi global, dimana pasar dunia melemah akibat krisis keuangan yang melanda seluruh dunia.
"India saja membatalkan kontrak ekpsor CPO kita kan besar-besaran, program pembelian juga banyak yang dibatalkan, jadi memang pangsa pasar ini melemah karena krisis dunia," ujarnya mencontohkan.
Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar